Oleh Tim AndrieWongso
Kita
butuh kompromi dalam mengatasi masalah. Lantas, bagaimana agar kompromi
terhadap masalah bisa menjadi solusi tepat ketika menghadapi ujian
mahasulit?
Situasi yang buruk, memburuk, dan makin buruk tak
jarang menghampiri kita. Bagi yang kuat, ia akan terus maju dan mencoba
memperbaikinya. Bagi yang gampang menyerah, situasi yang kurang enak
sekali saja, sudah langsung memilih untuk menghindarinya. Tentu, semua
bergantung pada masing-masing individu.
Tapi tak
jarang—barangkali karena sangat termotivasi—seseorang merasa harus terus
berjuang dan berjuang lagi. Bahkan, kala ia sudah tak punya apa-apa
lagi, dengan bersandar pada harapan dan keajaiban, ia terus nekad
pantang mundur. Akibatnya, ia sendiri menjadi “korban” akibat obsesi
yang tak kunjung jadi kenyataan.
Tentu, mereka yang berjuang
mati-matian itu tak salah. Namun, bisa jadi yang salah adalah metodenya.
Atau, mungkin memang masanya yang sudah tidak tepat, sehingga apa pun
yang dilakukan cenderung kurang baik hasilnya.
Lantas, di mana
kita harus mengambil “titik tengah”? Mau menyerah, atau maju terus
dengan segala konsekuensinya? Inilah yang kadang membuat kita
terombang-ambing dalam kegalauan. Maju terus, hentikan, atau lupakan?
Dalam kondisi tersebut, Deepak Chopra, seorang motivator dan guru
spiritual yang menulis buku Spiritual Solutions: Answers to Life’s
Greatest Challenges, menyebutkan setidaknya tiga hal yang perlu kita
pertanyakan saat menghadapi kondisi tersebut. Berikut hal yang
menurutnya bisa menjadi pertimbangan:
• Pertanyakan apakah yang sedang dihadapi adalah masalah yang harus diselesaikan, ditinggalkan, atau dilupakan?
Menurut
Chopra, sangat penting bagi seseorang agar bisa menjawab pertanyaan
tersebut. Sebab, jika kita sendiri tak tahu apa yang sedang kita
lakukan, sedang kita tuju, atau yang harus kita selesaikan, sama saja
kita sedang berjalan tanpa arah. Akibatnya, selain buang waktu, tenaga,
dan pikiran, hasil yang didapat tak bisa terukur.
Karena itu, ia
menyarankan, agar kita segera mencari tahu, apa tujuan kita sebenarnya,
ketika sedang mengalami masalah atau cobaan. Kalau perlu, bertanyalah
kepada orang lain, agar teryakinkan apa masalah yang sebenarnya sedang
dihadapi. Dengan cara itu, kita akan bisa mencari jalan menuju solusi
terbaik. Namun, jika kemudian memang dirasa tak ada jalan keluar sama
sekali, pilihan terburuk adalah dengan meninggalkannya dan mengganti
dengan fokus yang lain untuk dikerjakan. Ini baru bisa benar-benar
diputuskan jika kita sudah tahu persis apa yang sedang dan akan kita
tuju. Karena itu, Chopra menyebutkan pentingnya kejelasan visi tentang
apa yang sedang, telah, dan akan kita kerjakan. Saat semua sudah lebih
jelas, segeralah bertindak sesuai dengan apa yang telah jelas Anda lihat
untuk diselesaikan atau ditinggalkan.
• Siapa orang yang bisa dijadikan referensi untuk mengatasi masalah yang sama dan telah berhasil mengatasinya?
Sejatinya,
menurut Chopra, yang paling gampang membuat kita down dan terjatuh
lebih dalam masalah adalah kesendirian. Saat menghadapi masalah, kita
sering merasa tak ada orang yang datang membantu. Kalau pun membantu,
kadang kita merasa ide atau solusi yang diberikan tidak cukup bisa
membuat kita tenang. Akhirnya, kita kembali pada kesendirian, seolah tak
ada solusi yang cukup empatik untuk bisa menjadi solusi terbaik.
Dalam
kondisi tersebut, jika didiamkan terus-menerus, masalah bisa jadi
tambah melebar. Karena itu, Chopra menyarankan untuk mencari orang-orang
yang pernah mengalami hal yang sama. Dan, yang paling penting, orang
tersebut adalah mereka yang terbukti mampu melewati masalah sejenis.
Dengan cara itu, nasihat yang diberikan pun bisa sejalan dengan yang
kita alami. Mereka akan lebih mudah berempati karena pernah dalam
kondisi yang sama.
Orang-orang itu bisa kita temui baik dari
teman dekat, saudara, komunitas, atau bahkan sebenarnya, kita bisa
mencari dari teman di forum atau grup yang punya minat atau bidang yang
sama. Tentu, harus diingat, jika nasihat itu benar-benar dari orang yang
baru kita kenal, pastikan ia adalah orang yang bisa dipercaya. Satu hal
yang pasti, di luar sana sebenarnya banyak orang yang mengalami masalah
juga. Jadi, tak perlu merasa sendirian dalam menghadapi berbagai
masalah. Dengan begitu, kita pun akan merasakan banyak dukungan yang
bisa kita dapat atau ambil untuk mendapat solusi terbaik.
• Seberapa dalam kita bisa mencari solusi dari diri sendiri?
Pertanyaan
ketiga ini sebenarnya sangat retoris. Sebab, kita sendiri yang bisa
menjawab dan merasakannya. Namun, Chopra menekankan, di sinilah faktor
di mana kita bisa mendapatkan solusi terbaik. Karena, siapa pun kita,
sebenarnya sudah dibekali dengan “senjata” bernama pikiran dan akal
budi. Maka sejatinya, saat permasalahan timbul, diri kita sendiri
jugalah yang mampu menentukan solusi yang paling tepat.
Salah
satu hal yang perlu kita kedepankan dalam hal ini adalah dengan
menguatkan kesadaran bahwa adanya masalah adalah sumber untuk membuka
kreasi baru, menemukan solusi, dan bahkan, cara baru untuk meraih
kesuksesan. Karena itu, setelah di poin pertama kita telah menemukan
tujuan yang jelas dari apa yang kita lakukan, semua harus dikembalikan
ke dalam diri. Chopra menyebut ada bermacam cara yang bisa dilakukan.
Misalnya, dengan meditasi, berkontemplasi, berdoa, atau cara apa pun
yang membuat kita bisa merenung agar bisa menjernihkan suasana. Atau,
menjelajahi perpustakaan dengan membaca buku-buku penuh motivasi dan
inspirasi, bisa juga menjadi salah satu cara untuk mendapatkan
pencerahan.
Memang, tingkat “kompromi” dalam memperjuangkan
impian bagi tiap orang berbeda-beda. Ada yang sangat kuat dalam menahan
ujian dan cobaan. Ada yang dengan “tiupan angin” sedikit saja, sudah
goyang tak karuan. Yang pasti, Chopra menyebutkan, bahwa semua keputusan
ada di tangan kita. Kita juga sendiri yang akan “menanggung” baik sedih
atau gembira.
Jadi, sejauh mana kompromi kita dalam memperjuangkan impian?
http://jualrak.asia/jual-rak-gudang
http://rayarakminimarket.com/rak-gudang-rekondisi/
http://jayarak.com/rak-gudang-rekondisi/
http://jayarakminimarket.com/rak-gudang-rekondisi/
0 komentar:
Posting Komentar